Rabu, 20 Juni 2012

Obat Suppositoria


Pengertian Pemberian Obat Suppositoria

Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yang dapat diberi obat suppositoria adalah rectum dan vagina. Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Umumnya berbentuk menyerupai peluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram dan panjang sekitar 1 – 1,5 inci.

Suppositoria biasanya diberikan kepada pasien-pasien khusus yang tidak bisa mengonsumsi obat secara oral lewat mulut. Hal ini bisa terjadi misalnya pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi, dan pasien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).
Selain itu, suppositoria juga didesain untuk beberapa zat aktif yang dapat mengiritasi lambung serta zat aktif yang dapat terurai oleh kondisi saluran cerna, jika digunakan secara oral. Misalnya, zat aktif yang akan rusak dalam suasana asam lambung, rusak oleh pengaruh enzim pencernaan, atau akan hilang efek terapinya karena mengalami first pass effect.
Penggunaan suppositoria tidak hanya ditujukan untuk efek lokal seperti pengobatan ambeien, anestesi lokal, antiseptik, antibiotik, dan antijamur, tetapi juga bisa ditujukan untuk efek sistemik sebagai analgesik, anti muntah, anti asma, dan sebagainya.

Tujuan Pemberian
o   Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik.
o   Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Indikasi dan kontra indikasi
o   Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
o    Kontra Indikasi
§  Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
§  Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran cerna.
§   Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
§  Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
§  Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
§   Pembedahan rektal.

Jenis Obat Supositoria
Pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac suppositoria yang berfungsi secara local untuk meringankan defekasi. Dan efek sistemik seperti pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sfinkter ani interna.
Ø  Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka pada umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke dalam rectum. Jika tidak dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.
Ø  Contoh obat supositoria :
v  Kaltrofen supositoria
v  Profeid supositoria
v  Ketoprofen supositoria
v  Dulcolax supositoria
v  Profiretrik supositoria
v  Stesolid supositoria
v  Boraginol supositoria
v  Tromos supositoria
v  Propis supositoria
v  Dumin supositoria

Bentuk dan berat supositoria
a.      Supositoria untuk rektum
Bentuknya seperti peluru, torpedo/jari- jari tergantung pada bobot jenis dan bahan obat dan basis yang di gunakan.
b.      Supositoria dari lemak coklat
Berat supositoria untuk dewasa kira-kira  2gr dan biasanya lonjong seperti torpedo, sedangkan untuk anak-anak 1gr dan ukrannya lebih kecil
c.       Supositoria uretal (BOUGI)
Bentuknya seperti pensil, dan meruncing pada salah satu ujungnya. Untuk laki-laki beratnya  ±4gr dan wanita 2gr.

Keuntungan dan Kerugian
a.      Keuntungan
a)      Bisa mengobati secara bertahap
b)      Kalau missal obat einimbulkan kejang, atau panas reaksinya lebih cepat, dapat memberikan efek local dan sistemik.
c)      Contoh memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan defeksasi.
b.      Kerugian
a)      Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
b)      Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
c)      Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal.

Prosedur Pemberian Obat Suppositoria
1.      Persiapan Alat
·         Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
·         Aplikator untuk krim vagina
·          Pelumas untuk supositoria
·         Sarung tangan sekali pakai
·          Pembalut
·         Handuk bersih
·          Gorden / sampiran
2.      Persiapan Pasien dan Lingkungan
·         Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
·         Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
·          Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
·         Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
3.      Pelaksanaan
·         Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
·         Siapkan klien
ü  Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
ü  Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
ü  Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
ü  Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
·         Kenakan sarung tangan
·          Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
·         Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
·         Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
·         Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
·         Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
·         Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
·         Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
·         Cuci tangan
·          Kaji respon klien
·         Dokumentasikan seluruh tindakan.

4 komentar: