Pengertian Pemberian Obat Suppositoria

Suppositoria biasanya diberikan kepada
pasien-pasien khusus yang tidak bisa mengonsumsi obat secara oral lewat mulut.
Hal ini bisa terjadi misalnya pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri,
pasien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi, dan pasien
lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk
menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).
Selain itu, suppositoria juga didesain
untuk beberapa zat aktif yang dapat mengiritasi lambung serta zat aktif yang
dapat terurai oleh kondisi saluran cerna, jika digunakan secara oral. Misalnya,
zat aktif yang akan rusak dalam suasana asam lambung, rusak oleh pengaruh enzim
pencernaan, atau akan hilang efek terapinya karena mengalami first pass
effect.
Penggunaan suppositoria tidak hanya
ditujukan untuk efek lokal seperti pengobatan ambeien, anestesi lokal,
antiseptik, antibiotik, dan antijamur, tetapi juga bisa ditujukan untuk efek
sistemik sebagai analgesik, anti muntah, anti asma, dan sebagainya.
Tujuan Pemberian
o
Untuk memperoleh efek obat lokal maupun
sistemik.
o
Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk
dikeluarkan.
Indikasi dan kontra indikasi
o
Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
o
Kontra Indikasi
§
Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal
dan ains lain.
§
Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau
peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran cerna.
§
Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat
asma bronchial atau alergi.
§
Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
§
Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada
penderita piotitis atau hemoroid.
§
Pembedahan rektal.
Jenis Obat Supositoria
Pemberian obat yang memiliki efek lokal
seperti obat dulcolac suppositoria yang berfungsi secara local untuk
meringankan defekasi. Dan efek sistemik seperti pada obat aminofilin
suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat suppositoria
ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sfinkter ani interna.
Ø
Jika dikombinasikan dengan preparat obat
oral, maka pada umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke
dalam rectum. Jika tidak dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.
Ø
Contoh obat supositoria :
v
Kaltrofen supositoria
v
Profeid supositoria
v
Ketoprofen supositoria
v
Dulcolax supositoria
v
Profiretrik supositoria
v
Stesolid supositoria
v
Boraginol supositoria
v
Tromos supositoria
v
Propis supositoria
v
Dumin supositoria
Bentuk dan berat supositoria
a.
Supositoria untuk rektum
Bentuknya seperti peluru,
torpedo/jari- jari tergantung pada bobot jenis dan bahan obat dan basis yang di
gunakan.
b.
Supositoria dari lemak coklat
Berat supositoria untuk dewasa
kira-kira 2gr dan biasanya lonjong seperti torpedo, sedangkan untuk
anak-anak 1gr dan ukrannya lebih kecil
c.
Supositoria uretal (BOUGI)
Bentuknya seperti pensil, dan
meruncing pada salah satu ujungnya. Untuk laki-laki beratnya ±4gr dan
wanita 2gr.
Keuntungan dan Kerugian
a.
Keuntungan
a)
Bisa
mengobati secara bertahap
b)
Kalau
missal obat einimbulkan kejang, atau panas reaksinya lebih cepat, dapat
memberikan efek local dan sistemik.
c)
Contoh
memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan defeksasi.
b.
Kerugian
a)
Sakit
tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
b)
Kalau
pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
c)
Tidak
boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal.
Prosedur Pemberian Obat Suppositoria
1.
Persiapan Alat
·
Obat
sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
·
Aplikator
untuk krim vagina
·
Pelumas untuk supositoria
·
Sarung
tangan sekali pakai
·
Pembalut
·
Handuk
bersih
·
Gorden / sampiran
2.
Persiapan Pasien dan Lingkungan
·
Menjelaskan
kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
·
Memebritahukan
prosedur tindakan yang akan dilakukan.
·
Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran
atau sketsel bila perlu.
·
Menganjurkan
orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
3.
Pelaksanaan
·
Periksa
kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis
obat.
·
Siapkan
klien
ü Identifikasi klien dengan tepat dan
tanyakan namanya
ü Berikan penjelasan pada klien dan jaga
privasi klien
ü Atur posisi klien dalam posisi sim
dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
ü Tutup dengan selimut mandi, panjangkan
area parineal saja
·
Kenakan
sarung tangan
·
Buka supositoria dari kemasannya dan beri
pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari
telunjuk dan tangan dominan anda.
·
Minta
klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan
sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan
timbulnya nyeri
·
Regangkan
bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi,
masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding
rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
·
Tarik
jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
·
Anjurkan
klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk mencegah
keluarnya suppositoria
·
Jika
suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil
dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot
atau ke kamar mandi
·
Buang
sarung tangan pada tempatnya dengan benar
·
Cuci
tangan
·
Kaji respon klien
·
Dokumentasikan
seluruh tindakan.
Makasih Infonya :)
BalasHapusThanks berguna banget
BalasHapusmakasih banyak, alhamdulillah bisa menambah wawasan
BalasHapusOke
BalasHapus